Sabtu, 12 Desember 2009

BA’I (JUAL BELI)

MAKALAH FIQIH MUAMALAH

BA’I (JUAL BELI)

Disusun oleh : Kelompok III

Ahmad Samsudin

Adam Hidayat

Neng Holilah

Nina N.

Nurhamah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

Jl. Perintis Kemerdekaan I No. 33 Cikokol, Tangerang

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Wasyukurillah, penulis ucapkan kepada Hadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan rahmat dan keselamatan kepada kami selama ini. Karena atas izin dan kehendak-Nya maka makalah ini dapat diselesaikan, untuk itu saya memohon rahmat dan karunia-Nya agar ke depan kami masih diberi petunjuk dan diberi kesempatan untuk dapat menjadi lebih baik lagi.

Makalah “BA’I atau JUAL BELI” ini penulis susun berdasarkan referensi buku-buku Fiqih Muamalah yang diperoleh dari berbagai sumber dan sumber yang lain. penulis mencoba memberikan rangkuman materi tentang Ba’i atau Jual beli.

Keberhasilan penulis menyusun dan menyelesaikan makalah ini tidak dapat terlepas atas bantuan dan bimbingan yang penulis terima dalam penyusunan makalah ini, untuk itu penulis bermaksud untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam dalamnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Zulkifli selaku Dosen mata kuliah Fiqih Muamalah

2. Kedua orang tua yang telah membantu baik secara moril maupun materil

3. Serta teman-teman semua yang kiranya tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam hasil penyusunan makalah ini, masih terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan di dalamnya, untuk itu penulis memohon kritikan dan saran yang bersifat membangun, yang sekiranya dapat membantu penyempurnaan pengerjaan tugas-tugas sejenis pada masa yang akan datang.

Tangerang, 26 Juni 2009 M

1430 H

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………. i

Daftar Isi ……………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.A Latar Belakang ……………………………………………….. 1

1.B Perumusan Masalah ………………………………………….. 2

1.C Tujuan Penelitian …………………………………………….. 2

1.D Sistematika Penulisan ……………………………………....... 2

BAB II BA’I (JUAL-BELI)

A. Definisi, Landasan, dan Rukun Jual-Beli ……………................ 3

1. Pengertian Jual-Beli ......................................................... 3

2. Landasan Syara ................................................................ 3

3. Rukun dan Pelaksanaan Jual-Beli .................................... 4

B. Syarat Jual-Beli …........................................................................ 5

C. Hukum (ketetapan) Ba’i beserta Pembahasan Barang dan

Harga ............................................................................................ 5

1. Hukum (ketetapan) akad .................................................. 5

2. Tsaman (Harga) dan Mabi’ (Barang Jualan) .................... 5

D. Hukum dan Sifat Jual-Beli ........................................................... 6

E. Jual-Beli yang dilarang dalam Islam ............................................ 7

F. Macam-macam Jual-Beli ............................................................. 8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………… 10

Saran .................................................................................................. 10

Daftar Pustaka ………………………………………………………………….. 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jual beli merupakan salah satu bentuk muamalah, yaitu hubungan yang terjadi antara manusia dengan manusia. Bentuk muamalah seperti jual beli ada karena didasarkan karena didasarkan atas rasa saling membutuhkan. Dalam hal ini penjual membutuhkan pembeli agar membeli barangnya sehingga memperoleh uang. Sedangkan pembeli melakukan jual beli untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Akibat dari saling membutuhkan ini maka rasa persaudaraan pun kian meningkat.

Jual beli sebagai bukti manusia itu makhluk sosial yaitu makhluk yang membutuhkan makhluk lain untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Tanpa melakukan jual beli manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, pada setiap hari ia membutuhkan makanan, minuman, dll. Sehingga mau tidak mau ia harus melakukan jual beli dengan orang lain.

Jual beli sudah ada jauh sebelum Nabi Muhammad saw, saat manusia turun ke bumi dan manusia semakin banyak kebutuhan pun semakin meningkat. Dan untuk memenuhi kebutuhannya tiada lain jual beli harus dilakukan. Namun pada zaman dahulu jual beli belum menggunakan uang tetapi menggunakan system pertukaran antara barang yang satu dengan barang yang lain.

Jual beli adalah kegiatan yang diridhoi oleh Allah agar manusia bisa memmenuhi kebutuhannya dengan mudah. Dalam kegiatan ini terdapat usaha saling menguntungkan antar penjual dan pembeli. Penjual memperoleh uang atas penjualan barangnya sedangkan pembeli merasa senang telah mendapatkan barang yang dibutuhkannya. Untuk menjaga agar dalam berjual beli bisa berjalan saling menguntungkan perlulah mengadakan pemahaman atas kaidah-kaidah berjual beli menurut islam yang terdapat pada Al-Quran, Hadist, Ijtihad. Sehingga dengan melakukan jual beli sesuai prinsip islam diharapkan ridho Allah pun tercurahkan pada kita.

B. Perumusan Masalah

Sebagaimana yang telah penulis makalah kemukakan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok bahasan masalah adalah :

- Apakah pengertian/definisi, landasan dan rukun jual beli ?

- Apa saja yang menjadi syarat dalam jual beli ?

- Bagaimanakah hukum (ketetapan) Ba’i ?

- Jual beli yang bagaimanakah yang dilarang dalam Islam ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian/definisi, landasan dan rukun jual beli

2. Mengetahui syarat- syarat dalam jual beli

3. Untuk mengetahui hukum (ketetapan) Ba’i

4. Mengetahui Jual beli yang dilarang dalam Islam

D. Sistematika Penulisan Makalah

Dalam penulisan makalah ini penulis telah memuat beberapa sistematika penulisan makalah Ba’i (jual beli) yaitu sebagai berikut :

BAB I berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika pembahasan

BAB II berisi tentang Pembahasan tentang pengertia/definisi Ba’i (jualbeli), syarat jual beli, hukum (ketetapan) Ba’i beserta pembahasan barang dan harga, hukum dan sifat jual beli, jual beli yang dilarang dalam Islam, macam-macam jual beli.

BAB III berisi tantang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

BA’I (JUAL BELI)

A. Definisi, Landasan, dan Rukun Jual-Beli

1. Pengertian Jual-Beli

Menurut etimologi, jual beli diartikan :

artinya :

Pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain”.

Kata lain dari al-bai’ adalah asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah. Berkenaan dengan kata at-tijarah, dalam Al-Qur’an surat Fathir ayat 29 dinyatakan :

artinya :

Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan rugi”. (Qs. Fathir : 29)

Adapun jual beli menurut terminology, para ulma berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain :

a. Menurut ulama Hanafiyah :

Pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan)”.

b. MenurutImam Nawawi dalam Al-Majmu’ :

“Pertukaran harta dengnan harta untuk kepemilikan”.

c. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mugni :

Pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik”.

2. Landasan Syara

Jual-beli disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, sunah dan ijma’ yakni :

a. Al-Qur’an, diantaranya :

Artinya :

“Padahal Allah telah menghalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah : 275)

Artinya :

“Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli”. (QS. Al-Baqarah : 282)

Artinya :

“Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka”.

b. As-Sunah, diantaranya :

Artinya :

“Nabi SAW. ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab, “seorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur”. (HR. Bajjar, Hakim menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’)

c. Ijma’

Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alas an bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang barang lainnya yang sesuai.

3. Rukun dan Pelaksanaan Jual-Beli

Dalam menetapkan rukun jal beli, diantara para ulama terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama Hanafiyah, rukun jual beli adalahijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang secara rida, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama ada empat, yaitu :

1. Bai’ (penjual)

2. Mustari (pembeli)

3. Shigat (ijab dan qabul)

4. Ma’qud ‘alaih (benda atau barang)

B. Syarat Jual-Beli

Dalam jual-beli terdapat empat macam syarat, yaitu syarat terjadinya akad (in’iqad), syarat sahnya akad, syarat terlaksananya akad (nafadz), dan syarat luzum.

Secara umum tujuan adanya semua syarat tersebut antara lain untuk menghindari pertentangan di antara manusia, menjaga kemaslahatan orang yang sedang akad, menghindari jual-bel;i harar i (terdapat unsur penipuan), dan lain-lain.

Sedangkan ulama fiqih berbeda pendapat dalam menetapkan persyaratan jual-beli.

C. Hukum (ketetapan) Ba’i beserta Pembahasan Barang dan Harga

1. Hukum (ketetapan) akad

Hukum akad adalah tujuan dari akad. Dalam jual-beli, ketetapan akad adalah menjadikan barang sebagai milik pembeli dan menjadikan harga atau uang sebagai milik penjual.

Secara mutlak hukum akad dibagi 3 bagian :

a. Dimaksudkan sebagai taklif, yang berkaitan dengan wajib, haram, sunah, makruh, dan mubah.

b. Dimaksudkan sesuai dengan sifat-sifat syara’ dan perbuatan, yaitu sah, luzum, dan tidak luzum, seperti pernyataan, “Akad yang sesuai dengan syarat dan rukunnya disebut shahih lazim.

c. dimaksudkan sebagai dampak tasharruf syara’, seperti wasiat yang memenuhi ketentuan syara’ berdampak pada beberapa ketentuan, baik bagi orang yang diberi wasiat maupun bagi orang atau benda yang diwasiatkan.

2. Tsaman (Harga) dan Mabi’ (Barang Jualan)

a. Pengertian Harga dan Mabi’

Secara umum, mabi’ adalah perkara yang menjadi tentu dengan ditentukan. Sedangkan pengertian harga secara umum adalah perkara yang tidak tentu dengan ditentukan.

Definisi tersebut sebenarnya sangat umum sebab sangat bergantung pada bentuk dan barang yang diperjual belikan. Adakalanya mabi’ tidak ditentukan, sebaliknya harga memerlukan penentuan, seperti penetapan uang muka.

b. Penentuan Mabi’ (barang Jualan)

Penentuan mabi’ adalah penentuan braang yang akan dijual dari barang-barang lainnya yang tidak akan dijual, jika penentuan tersebut menolong atau menentukan akad, baik pada jual beli yang barangnya ada ditempat akad atau tidak. Apabila mabi’ tidak ditentukan dalam akad, penentuanny dengan cara penyerahan mabi’ tersebut.

c. Perbedaan Mabi’ dan Harga

Diantara perbedaan antara mabi’ dan tsaman adalah :

1. Secara umum uang adalah harga, sedangkan barang yang dijual adalah mabi’

2. Jika tidak menggunakan uang, barang yang akan ditukarkan adalah mabi’ dan penukarannya adalah harga.

D. Hukum dan Sifat Jual-Beli

Ditinjau dari hukum sifat jual-beli, jumhur ulama membagi jual-beli menjadi dua macam, yaitu jual-beli yang dikategorikan sah (shahih) dan jual-beli yang dikategorikan tidak sah. Jual beli shahih adalah jual-beli yang memenuhi ketentuan syara’, baik rukun maupun syaratnya, sedangkan jual-beli tidak sah adalah jual-beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual-beli menjadi rusak (fasid) atau batal. Adapun ulama hanafiah membagi hukum dan sifat jual-beli menjadi sah, batal, dan rusak.

Perbedaan pendapat antara jumhur ulama dan ulama hanafiyah berpangkal pada jual-beli atau akad yang tidak memenuhi ketentuan syara’, berdasarkan hadist :

Artinya :

“Barang siapa yang berbuat suatu amal yang tidak kami perintahkan, maka tertolak. Begitu pula barang siapa yang memasukkan suatu perbuatan kepada agama kita maka tertolak”. (HR. Muslim dari Siti Aisyah)

E. Jual-Beli yang dilarang dalam Islam

Jual beli yang dilarang dalam Islam sangatlah banyak. Jumhur ulama, sebagaimana disinggung diatas, tidak membedakan antara fasid dan batal.

Berkenaan dengan jual-beli yang dilarang dalam Islam, Wahbah Al-Juhaili meringkasnya sebagai berikut.

1. Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad)

Ulama telah sepakat bahwa jual-beli dikategorikan shahih apabila dilakuka oleh orng yang baligh, berakal, dapat memilih, dan mampu ber-tasharruf secara bebas dan baik. Mereka yang dipandang jual-belinya tidak sah adalah sebagai berikut :

a. Jual-beli orang gila

b. Jual-beli anak kecil

c. Jual-beli orang buta

d. Jual-beli terpaksa

e. Jual-beli fudhul

f. Jual-beli orang yang terhalang

g. Jual-beli malja’

2. Terlarang Sebab Shighat

Ulama telah sepakat atas sahnya jual-beli yang didasarkan pada keridhaan diantara piha yang melakukan akad, ada kesesuaian diantara ijab dan qabul ; berada disuatu tempat, dan tidak terpisah oleh suatu pemisah. Beberapa jual-beli yang dipandang tidak sah atau masih diperdebatkan oleh para ulama adalah berikut ini :

a. Jual-beli mu’athah

b. Jual-beli melalui surat atau utusan

c. Jual-beli dengan isyarat atau tulisan

d. Jual-beli barang yang tidak ada ditempat akad

e. Jual-beli yang tidak bersesuaian antara ijab dan qabul

f. Jual-beli munjiz

3. Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang Jualan)

Secara umum, ma’qud alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, yang biasa disebut mabi (barang jualan) dan harga. Ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama, tetapi diperselisihkan oleh ulama lainnya, diantaranya berikut ini :

a. Jual-beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada

b. Jual-beli barang yang tidak dapat diserahkan

c. Jual beli gharar

d. Jual-beli barang yang najis dan terkena najis

e. Jual-beli air

f. Jual-beli barang yang tidak jelas(majhul)

g. Jual-beli barang yang tidak ada ditempat akad (ghaib), tidak dapat dilihat.

h. Jual-beli sesuatu belum dipegang

i. Jual-beli buah-buahan atau tumbuhan

4. Terlarang Sebab Syara’

Ulama sepakat membolehkan jual-beli yang memenuhi persyaratan dan rukunnya. Namun demikian, ada beberapa masalah yang diperselisihkan diantara para ulama, diantaranya berikut ini :

a. Jual-beli riba

b. Jual beli dengan uang dari barang yang diharamkan

c. Jual-beli barang dari hasil pencegatan barang

d. Jual-beli waktu azan jum’at

e. Jual-beli anggur untuk dijadikan khamar

f. Jual-beli induk tanpaanaknya yang masih kecil

g. Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain

h. Jual beli memakai syarat

F. Macam-macam Jual-Beli

Jual-beli berdasarkan pertukarannya secara umum di bagi empat macam yakni :

1. Jual-beli saham (pesanan)

Jual beli saham adalah jual beli melalui pesanan, yakni jual-beli dengan cara menyerahkan terlebih dahulu uang muka kemudian barangnya diantar belakangan.

2. Jual-beli muqayadhah (barter)

Jual-beli muqayadhah adalah jual-beli dengan cara menukar barang dengan barang, seperti menukar baju dengan sepatu.

3. Jual-beli muthlaq

Jual-beli muthlaq adalah jual-beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai alat pertukara, seperti uang.

4. Jual-beli alat penukar dengan alat penukar

5. Jual-beli alat penukar dengan alat penukar adalah jual-beli barang yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat penukar lainnya, seperti uang perak dengan uang emas.

Berdasarkan segi harga, jual-beli dibagi pula mejadi empat bagian yakni :

1. Jual-beli yang menguntungkan (al-murabbahah).

2. Jual-beli yang tidak menguntungkan, yaitu menjual dengan harga aslinya (at-tauliyah).

3. Jual-beli rugi (al-khasarah).

Jual-beli al-musawah, yaitu penjual menyembunyikan harga aslinya, tetapi kedua orang yang akad saling meridai, jual-beli seperti inilah yang berkembang sekarang.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa :

  1. Jual beli membuktikan bahwa manusia itu membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan sudah ada jauh sebelum Nabi Muhammad ada.
  2. Tujuan manusia melakukan jual beli adalah untuk mendapatkan barang, sebagai bukti kepemilikan barang dan untuk kepuasan batin.
  3. Syarat jual beli adalah rela sama rela, barang yang dijual merupakan hak milik penuh dan ada tawar menawar.
  4. Barang yang oleh diperjual belikan adalah barang yang nyata, bernilai dan bermanfaat.
    Manfaat jual beli adalah salah satu saran pemilikan barang untuk mendapatkan keuntungan dan salah satu usaha.
  5. Rukun jual beli adalah adanya penjual dan pembeli, adanya uang dan benda dan lafadz ijab qabul.

B. SARAN

Kepada penjual dan pembeli agar melakukan kegiatan jual sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang ada pada Al-Qur’an dan Hadist.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Dr. H. Rachmat Syafei, Ma. Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2001

2. M. Hasbi Ash Shiddieqie, Pengamat Fiqih Muamalah, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang 1997

3. deepmudi.wordpress.com/2009/02/07/jual-beli-islami

afiksite.blogspot.com/2009/01/jual-beli-menurut-islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar